Selasa, 10 Oktober 2017

MANFAAT TANAMAN KALIANDRA YANG SERBAGUNA

MANFAAT TANAMAN KALIANDRA YANG SERBAGUNA

Nama asli tanaman ini adalah Xilip de Qorcolorado. Ia didatangkan pertama kali tahun 1936 dari Guatemala. Nama ilmiahnya Calliandra callothyrsus Meissen. Di sana ia juga memiliki beberapa julukan, diantaranya “cabello de angel” yang berarti ”rambut malaikat” dan “barbe sol” yang artinya ”jenggot matahari”.

Ia juga memiliki saudara yang berbunga putih, atau bisa disebut kaliandra putih yang di Guatemala Xilip de Hora Blancos. Nama ilmiahnya semula Calliandra tetragona B. Et. HH, namun kemudian diganti menjadi Zapoteca tetragona.

Memiliki Sifat-sifat Unggul

Kaliandra merupakan spesies tanaman multiguna memiliki sifat-sifat unggul yang bermanfaat baik bagi manusia maupun lingkungan.

Pertama, jenis ini merupakan tanaman pionir yang bisa dimanfaatkan untuk memberantas tanaman liar semisal alang-alang, tembelekan dan gelagah. Ia banyak dimanfaatkan untuk menahan erosi.

Akarnya banyak mengandung bintil-bintil penyubur tanah (Leguminosa) sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah. Daunnya cepat rimbun sehingga sangat berguna untuk mempercepat penutupan lahan dan mudah lapuk sehingga cepat membentuk humus di tanah.

Daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kayunya bermanfaat sebagai kayu bakar yang bermutu baik karena ia cepat kering. Ia juga digunakan sebagai tanaman pelindung bagi kopi dan teh.

Kaliandra merah juga memiliki bunga-bunga yang cantik sehingga, pantas ditanam di pinggir jalan, pekarangan rumah, tanggul-tanggul irigasi atau pematang sawah. Bunga-bunga yang indah ini juga bisa dijadikan pakan

Morfologi Kaliandra

Calliandra calothyrsus adalah pohon kecil bercabang dengan ketinggian rata-rata 3 – 5 meter. Meski begitu ia bisa mencapai tinggi maksimum 12 meter dengan diameter batang bisa mencapai maksimum 20 cm.

Kulit batangnya berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh lentisel kecil. Makin ke pucuk, batangnya cenderung bergerigi. Pada pohon yang batangnya berwarna coklat kemerahan, ujung batangnya bisa berulas merah.

Sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dan akar-akar yang lebih halus dengan jumlahnya sangat banyak dan menjalar sampai ke permukaan tanah. Jika di dalam tanah dimana ia tumbuh terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil akarnya.

Kaliandra memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi daun-daun kecil. Panjang daun utama bisa mencapai 20 cm dan lebar 15 cm. Pada malam hari, daun-daun ini melipat ke arah batang.

Tangkai daunnya bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan atasnya. Namun ia tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya.

Habitat Kaliandra

Kaliandra merah dapat tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai. Ia dengan cepat akan tumbuh dan mengisi areal-areal yang vegetasinya terganggu, misalnya di tepi-tepi jalan.

Namun, tanaman ini tidak tahan berada di bawah naungan dan mudah sekali kalah bersaing dengan vegetasi sekunder lain.

Di Meksiko dan Amerika Tengah, kaliandra tumbuh di berbagai habitat pada ketinggian permukaan laut sampai 1.860 meter.

Ia tumbuh baik terutama terdapat di daerah yang curah hujannya berkisar antara 1000 dan 4000 mm per tahun. Meskipun begitu pada beberapa kasus ia juga dijumpai pada daerah yang curah hujan tahunannya hanya 800 mm per tahun.

Kaliandra banyak terdapat di daerah yang musim kemaraunya berlangsung selama 2 sampai 4 bulan dengan curah hujan kurang dari 50 mm per bulan. Namun, pernah juga ditemukan spesimen yang tumbuh pada daerah yang musim kemaraunya 6 bulan.

Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22° C. Ia tidak tahan terhadap pembekuan. Ia hidup pada berbagai tipe tanah dan bisa bertanah pafa tanah yang agak masam dengan pH sekitar 4,5. Namun ia tidak tahan pada tanah yang berdrainase buruk dan tergenang.

Pembungaan Kaliandra

Di tempat asalnya, kaliandra merah berbunga sepanjang tahun dengan puncak terjadi antara bulan Maret dan Juli. Di Indonesia, musim berbunga bervariasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, bergantung pada jumlah curah hujan. Puncaknya biasanya berlangsung antara bulan Januari dan April.

Tandan bunga kaliandra berkembang dalam posisi terpusat dan bunganya bergerombol di sekitar ujung batang. Bunga kemudian matang dari pangkal ke ujung selama beberapa bulan.

Bunga kaliandrai mekar selama satu malam saja dengan benang-benang mencolok. Umumnya berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya, meski kadang ada juga yang berwarna merah jambu. Sehari kemudian benang-benang ini akan layu. Bunga yang tidak mengalami pembuahan pun akan gugur.

Polongnya terbentuk selama 2 sampai 4 bulan dan ketika sudah masak, panjangnya bisa mencapai 14 cm dan lebarnya bisa mencapai 2 cm.

Biji Kaliandra

Polong Kaliandra berbentuk lurus dan berwarna agak coklat. Polong tersebut berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval yang pipih.

Permukaan biji yang sudah matang berbintik hitam dan coklat. Terdapat tanda yang khas berbentuk ladam kuda pada kedua permukannya yang rata.

Biji yang sudah masak panjangnya bisa mencapai 8 mm. Bila ditekan dengan kuku ia akan terasa keras. Di tempat asalnya, puncak musim biji terjadi antara bulan November dan April sedang di Indonesia biasanya antara bulan Juli sampai November.

Pada saat polong mengering, pinggirannya yang tebal mengeras sehingga polong merekah mendadak dari ujungnya. Bijinya lantas keluar dengan gerakan berputar dan bisa terpental sejauh 10 meter.

Kecambah kemudian akan tumbuh dengan kedua keping biji muncul di atas permukaan tanah. Daun pertamanya hanya memiliki satu sumbu yang menjadi tempat tumbuh helai daun. Namun daun berikutnya terbagi menjadi sumbu-sumbu sekunder.

Bijinya memerlukan proses skarifikasi seperti merendam biji dalam air dingin selama 48 jam. Penggunaan air panas dapat menyebabkan biji mati. Skarifikasi secara mekanis juga bisa dilakukan.

Penanaman Kaliandra

Penanaman dapat dilakukan dengan cara menyemai langsung biji yang telah diskarifikasi pada kedalaman 1-3 cm atau dengan memindahtanamkan bibit yang telah mencapai tinggi 20-50 cm dari tempat pembibitan.

Bibit dapat ditanam berbaris dengan jarak tanam 3-4 m. Bila akan dimanfaatkan sebagai sumber pakan bisa ditanam dengan jarak 0,5-1 meter secara menyebar.

Penggunaan inokulasi mungkin bermanfaat pada daerah baru ditanami. Pertumbuhan awalnya lambat namun pertumbuhan selanjutnya sangat cepat. Ia akan mencapai tinggi 3,5 m dalam 6 bulan.

Artikel Terkait