Selasa, 11 Agustus 2015

BUNGA BANGSA

Ini adalah buah karya yang dituliskan oleh Jadzia Carolina salah satu siswi Gonzaga yang menang dalam kontes Puisi di Jakarta .
Puisi yang penuh makna bagi seorang muda yang peduli terhadap lingkungan, sesama dan bangsa negara juga tentu Tuhannya. Anak muda yang jelas arahnya tidak sebagai follower namun menjadi trandsetter . tidak alay, malay ataupun derivatnya,  Karena begitu bagus karya itu saya kesengsem dan saya masukkan kedalam blog biologi gonzaga ini sebagai Oasis kata pencerahan ditengah hiruk pikuk kata latin yang terus tetap dipahami
Semoga berguna   

Bunga Bangsa
Oleh Jadzia Carolina 
GONZAGA COLLEGE

Kita ini ibarat bunga baru mekar
Asing pada mentari senja
Masih malu dipandang sepadang mata
Lihatlah, di kanan-kiri masih banyak ular mengerumun
Jangan sampai tergoda desis

Wahai bunga muda
Kita ini pembibit asa
Masa iya layu sebelum terang?!
Jangan mau dimadu berlian-emas dunia
Jangan jatuh pada nista serakah
Raga harus berpijak suci!

Kita ini bagai oasis di antara terik dan gurun
Menyegar dahaga, mimpi-harap milik bangsa
Masa iya mau lapuk sebelum tua?
Jangan mau jadi jinjingan nafsu
Jangan mau merakus negeri

Tengoklah tikus-tikus yang mencicit di balik jeruji besi
Juga topeng-topeng munafik dunia maya
Yang mencolek-colek nafsu yang berbaring di sela jiwa
Pun para boneka kayu di televisi
Berpose-pose cantik jadi budak lembaran-lembaran kertas
Yang jijik menatap si kakek di perempatan
Tetapi menangis lara ketika ditanya kamera

Wahai bunga merekah!
Apa mau jadi racun pembunuh asa?!
Bukan senja di ujung cakrawala?!
Mau jadi lagu yang bernyanyi dusta?!
Bukan syair pelipur duka?!
Buat apa?! Buat apa?!
Biar puas jasmanimu?!
Marem egomu?!

Bunga...
Jadilah tawa di antara lelagu ampar-ampar pisang
Mengayukan tor-tor dengan gemulai lentik
Menjadi iring-iring ondel-ondel pada suatu temaram sore
Bunga...
Buka mata dan nuranimu
Sadar dan amati lingkaranmu
Jangan mau berdandan emas, berhati busuk

Kita ini bunga bangsa
Masa iya tuli pada raungan jelata?
Jangan menapak jejak pada setapak yang sama
Bulir-bulir jerit yang merana
Yang ingin layak menjadi manusia
Jangan malah berkuda Merci
Menjinjing Prada, beralas Loubutin
Tetapi kau buang mukamu pada mereka yang berlinang air mata

Wahai kuncup-kuncup mawar
Harumkan nelangsa dengan merdu nyanyimu
Banggakan pertiwi dengan visi pluralitasmu
Terangi juga bangsa ini dengan cerdas pikirmu
Warnai tanah ini dengan pelangi kasihmu
Hidup ini bukan untuk dunia
Mekar dan merekahlah untuk mereka yang papah
Hibur dan bersenandunglah semisal mereka dicela
Tujukan tatapmu pada yang hampa
Dan lukislah lengkung di bibirnya

“Hidup”-lah pelita-pelita muda...
Kita ini bunga-bunga bangsa....

06 Agustus 2015

FLS2N 2015





illustrasi pic

Artikel Terkait